A. Learning Objectives
1. Bagaimana metode pengkoleksian semen? Jelaskan keuntungan dan kerugian tiap metode!
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas semen!
3. Sebutkan komponen-komponen semen yang normal!
B. Pembahasan Learning Objectives
1. Metode koleksi semen
a. Masase glandula asesoris
Massage
yang dimaksud disini adalah mengurut-urut bagian saluran reproduksi
hewan jantan, hingga semen mengalir melalui penis, selanjutnya semen
akan ditampung dengan tabung penampung. Yang pertama dilakukan adalah
tangan masuk ke rectum untuk mencapai kelenjar vesikularis dan ampula,
pengumpulan semen dengan cara ini terbatas pada sapi, kerbau dan kuda.
Vesika seminalis terdapat dua dikiri dan kanan vas deferens. Setelah
menemukan vesika seminalis, vesika seminalis diurut dengan ibu jari dan
jari tengah, sedangkan jari telunjuk menjadi control supaya vesika
seminalis tidak bergeser-geser. Mela-mula apek dari vesika seminalis
ditekan
dengan jari telunjuk diatas tulang pubis atau sekutarnya, lalu mulai
diurut ke kaudal, diulang 3-4 x, kemudian ganti mengurut vesika
seminalis satunya. Setalah melakukan message ke vesika seminalis kedua,
akan menghasilkan cairan (seminal plasma dan sel-sel epithel muscosa
tanpa spermatozoa) sekitar 5 ml melalui penis yang berfungsi untuk
membersihkan uretra dari urin. Setelah itu tabung diganti dengan tabung
spermatozoa. Kemudian
dilakukan pengurutan amapula seperti yang dilakukan pada pengurutan
vesika seminalis. Pengurutan dilakukan di vasdeferens dengan meletakkan
vasdeferen ke atas jeri telunjuk dan menekan dengan ibu jari ke caudal
sampai bertemu vasdeferens yang sebuah lagi. Pengurutan dilakukan 10-12
kali, setelah itu dpat juga kedua vasdeferens diurut bersama-sama 3-4
kali. Semen akan ditampung pada periode 2-5 menit. Apabila semen yang
keluar mengandung warna merah, maka pengurutan pada vasdeferen terlalu
keras.
Kekurangan: pada umumnya semen yang ditampung dengan metode massage banyak mengandung jasad renik dan umur spermatozoa lebih pendek. Tetapi bila penempungan massage dilakukan dengan baik maka hasilnya akan sama dengan hasil menggunakan vagina buatan. Kelebihan: penampungan semen dengan massage dapat dilakukan untuk sapi tua yang libidonya telah lemah, dan pada sapi yang lumpuh karena suatu hal (Partodihardjo, 1987; McDonald, 1971).
Proses ini dapat dilekukan pada sapi, domba, kambing, tupai, kera, mencit. Pada babi, anjing dan kuda (tidak dapat menerima elektroejakulator karena rangsangan listrik pada rektumnya dapat menyebabkan kontraksi pada coecumnya). Coecum dapat berkontraksi sangat kuat, dan apabila berisi makanan, coecum akan pecah dan dapat menyebabkan kematian pada kuda.
Pada
sapi penggunaannya adalah elektroda-elektroda yang dapat berupa cincin
atau bilah-bilah yang ditempelkan pada ebonite atau kayu yang besarnya
cukup untuk memenuhi rectum. Pengunaananya adalah dengn cara
memutar-mutar tombol pengatur arus listrik, voltase dapat diatur ke 0V –
2V -5V – 0V – 8V dan seterusnya, yang penting tombol pengatur harus
lebih sering berada dititik 0. Untuk setiap stimulasi diperlukan waktu
kurang lebih 5 – 10 detik. Pada waktu stimulasi mencapi 5-7V biasanya
sudah mencapai ereksi. Ejakulasi biasanya terjadi pada stimulasi 15V,
tergantung peka dan tidaknya hewan. Biasanya volume yang didapat dari
cara ini adalah volumenya lebih banyak dan konsentrasi spermanya lebih
rendah, jumlah sperma juga hampir sama, dan fertilitasnya lebih tinggi.
Pada domba dan kambing lebih cepat memberi respons terhadap stimulasi elektrik dan daya yang dibutuhkan juga lebih kecil daripada
sapi. Sapi biasanya membutuhkan 5-10 simulasi, tetapi kambing atau
domba hanya membutuhkan 3-4 stimulasi, dan biasanya pada stimulasi
pertama dan kedua dengan voltase 2-5 V telah terjadi ejakulasi. Dengan
alat ini pengumpulan semen pada domba dapat dilakukan pada saat domba
atau kambing pada posisi berdiri maupun berbaring. Pemasukkan alat ke
rectum 15-30 cm.
Pada babi sama dengan kambing, ereksi sekitar pad saat stimulasi 10V, dan ejakulasi pada stimulasi 25-30 V.
Pada babi, meski sperma yang dihasilkan konsentrasil, fertilisasi, dan
motilitasnya bagus, volume kecil tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan
rutin (Hafez, 2000).
Kelebihan: hasil semen yang dihasilkan akan lebih banyak volumenya daripada dengan vagina buatan, metode ini dapat digunakan unuk hewan yang tidak dapat mounting dan juga hewan liar.
Kekurangan: pH akan fructose dan sel sperma rendah.
c. Vagina buatan
Merupakan
alat untuk menggantikan vagian asli, penggunaannya biasanya menggunakan
teaser terlebih dahulu, baru ketika hewan akan ejakulasi, maka penis
hewan dibelokkan menuju alat ini, otomatis ejakulasi akan terjadi di
alat ini. pemilihan teaser dapat berupa boneka atau hewan asli yang
memiliki temperament yang baik untuk menjadi teaser. Bila menggunakan
hewan asli, vulva ditutup untuk mencegah mikroba masuk. Vagina buatan
merupakan selubung karet 30-40 cm diameternya tergantung hewan apa yang
akan diambil spermanya. Bagian dalam dari alat ini adalah karet latex
liner yang ujungnya ditekuk ke belakang diatas pinggiran cerobong
tersebut yang berguna untuk membentuk water jacket (selubung air). Suhu
vagina buatan untuk sapi , kambing , kuda .
Ejakulasi
anjing dilakukan dalam 3 tahap. Tahap 1 biasanya berwarna bening dan
sedikit mengandung spermatozoa. Tahap 2 lebih kental dan lebih berwarna
putih karena mengandung spermatozoa paling banyak. Tahap 1 dan 2
biasanya memerlukan wartu 2-3 menit. Tahap 3 volume semen yang paling
banyak sekresi dari glandula prostat paling banyak) tapi konsentrasi
spermatozoa sedikit dan membutuhkan waktu 3-30 menit (McDonall, 1971).
Kelebihan: metode
ini dapat meminimalisir adanya kontaminan, tidak menimbulkan iritasi
pada hewan yang diambil semennya, hasil paling baik dibandingkan dengan
metode yang lain.
Kekurangan: tidak dapat digunakan pada hewan yang cacat/tidak dapat mounting, hewan yang akan di ambil semennya dengan metode ini memerlukan latihan terlebih dahulu.
Koleksi semen dari berbagai macam hewan (Toelihere,1993)
Jenis Hewan
|
Teknik Koleksi Semen yang dipakai
|
Sapi
|
- vagina buatan
- elektroejakulator
|
Babi
|
- vagina buatan
- elektroejakulator
|
Kuda
|
- vagina buatan
|
Kucing
|
- vagina buatan
- elektroejakulator
|
Anjing
|
- vagina buatan
|
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas semen (Toelihere,1993)
a. Makanan
1) Tingkatan makanan
yang rendah, dapat terjadi inanisi, penghambatan pertumbuhan pada
pejantan, penurunan jumlah spermatozoa per ejakulat, dan penurunan
libido.
2) Tingkatan makanan yang tinggi, dapat menyebabkan infertilitas. Sehingga hewan harus diberi makanan yang layak dan cukup baik kualitas maupun kuantitasnya.
b. Suhu dan musim
Suhu
lingkungan yang terlampau rendah atau terlampau tinggi dapat
mempengaruhi reproduksi hewan jantan. Sehingga suhu kandang dan
lingkungan sekitarnya harus disesuaikan dengan keadaan hewannya.
Perubahan musim terutama disebabkan oleh perbedaan lamanya siang hari.
Penyinaran lama pada domba menghambat produksi FSH yang sebaliknya
menghambat produksi spermatozoa oleh testis.
c. Frekuensi ejakulasi
Pemakaian hewan jantan terlampau sering dan kontinyu dapat menurunkan jumlah semen dan konsentrasi spermatozoa .
d. Penyakit atau bibit penyakit
Apabila
saluran kelamin pejantan yang steril atau rendah fertilitasnya sering
mengandung berbagai kuman, seperti bacilli, psudomonas, brucella
abortus, sehingga dapat mempengaruhi kualitas semen.
e. Hereditas
Abnormalitas pada akrosom dan pemindahan dari kepala ke ekor kadang ditemukan pada pejantan yang steril.
f. Libido dan faktor fisik
Pejantan
yang secara genetik mempunyai libido rendah cenderung mengembangkan
sifat penolakan untuk kawin. Menurunnya keinginan untuk kawin akan
mempengaruhi volume semen yang dihasilkan dan konsentrasi sperma moti
per ejakulat.
g. Pengangkutan
Perjalanan
atau pengangkutan yang jauh dibawah kondisi-kondisi buruk seperti
kepanasan atau kedinginan dapat menurunkan kualitas semen dan fertilitas
hewan jantan.
h. Umur
Walaupun
perkawinan yang fertil dapat terjadi pada waktu pubertas tapi testes
akan selalu berkembang dan menghasilkan lebih banyak sperma, sehingga
dibatasi untuk pemakaian pejantan muda. Hewan jantan yang berumur lebih
tua mempunyai efisiensi reproduksi yang lebih tinggi dari pada pejantan
muda.
i. Gerak badan
Gerak badan penting untuk memperthankan tonus yang otot-otot tubuh, terutama kaki dan kesehatan pada umumnya.
j. Konstituen Makanan
Apabila
kekurangan protein dapat menyebabkan pengurangan konsumsi makanan,
penurunan berat badan, kelemahan, dan penurunan libido.
Evaluasi Semen
Untuk mengetahui kualitas semen diperlukan evaluasi semen, meliputi:
1. Pemeriksaan secara makroskopis, meliputi
a. Volume
Volume
semen yang tertampung dapat langsung terbaca pada tabung penampung yang
berskala. Setiap jenis hewan mempunyai batas-batas volume tertentu,
pada sapi dan domba mempunyai volume rendah tetapi konsentrasinya
tinggi, sedangkan pada babi dan kuda mempunyai volume tinggi tetapi
konsentrasinya rendah. Jumlah volume pada sapi 5-8 ml, domba 0,8 – 1,2
ml, babi 150-200 ml (volume tanpa bahan gelatinous), kuda 60-100 ml
(Toeihere, 1993).
b. Warna
Normalnya
warna semen adalah susu atau krem keputih-putihan dan keruh. Apabila
berwarna kekuning-kuningan → mengandung pigmen riboflavin. Warna hijau
kekuning-kuningan → adanya kuman Pseudomonas aeruginosa dalam
semen. Warna merah gelap sampai merah muda → adanya darah segar dalam
semen. Warna kecoklat-coklatan → adanya darah yang mengalami dekomposisi
dalam semen. Warna coklat muda atau kehijau-hijauan → semen
terkontaminasi dengan feses (Toelihere, 1993).
c. Konsistensi
Konsistensi
dapat diperiksa dengan menggoyangkan tabung berisi semen secara
perlahan-lahan. Pada sapi dan domba mempunyai konsistensi kental,
sedangkan pada babi dan kuda mempunyai konsistensi cukup encer
(Toelihere, 1993).
d. Konsentrasi
Konsentrasi
digabung dengan volume dan prosentase sperma motil memberikan jumlah
sperma motil per ejakulat, yaitu kuantitas yang menentukan berapa betina
yang dapat diinseminasi dengan ejakulat tersebut.
Konsentrasi
sperma pada hewan-hewan berbeda-beda, pada sapi 1000-2000 juta/ml,
domba 2000-3000 juta/ml, babi 200-300 juta/ml, kuda 100-150 juta/ml
(Toelihere, 1993).
b. Derajat keasaman (pH)
Derajat
keasamaan sangat mempengaruhi daya tahan hidup spermatozoa. Derajat
keasaman pada sapi dan domba adalah 6,8, sedangkan pada babi dan kuda
adalah 7,4. Pada ejakulat kedua yang ditampung sesudah ejakulat pertama
adalah lebih alkalis yaitu 7,5 – 8,0 (Toelihere, 1993).
2. Pemeriksaan secara mikroskopis, meliputi:
a. Gerakan massa
Gerakan masa dilihat dengan mikroskop (10x10), dengan penilaian sebagai berikut :
§ +++ : sangat baik; terlihat gelombang-gelombang besar, gelap, tebal, aktif, seperti awan tebal, bergerak cepat
§ ++ : baik; terlihat gelombang-gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelas, gerakan lamban
§ + : cukup; gelombang tidak ada, hanya gerakan-gerakan individu yang aktif, progresif
§ N : necrospermia atau O; hanya sedikit atau tidak ada gerakan individu (Toelihere, 1993).
b. Gerakan individu
Pada umumnya gerakan individual yang baik adalah pergerakan progresif atau gerakan aktif maju kedepan (Toelihere, 1993).
c. Motilitas sperma
Pemeriksaan motilitas sperma merupakan salah satu cara penentuan kualitas semen sesudah pengenceran.
Motilitas sperma pada beberapa hewan berbeda-beda, seperti pada hewan sapi umumnya 50-80%, kuda 48-75%, babi 80-90%, dan domba 60-70% (Toelihere, 1993).
d. Morfologi sperma
3. Komponen-komponen semen yang normal
Semen
adalah keseluruhan sekresi kelamin jantan dari organ reproduksi secara
normal diejakulasikan dalam saluran reproduksi jantan sewaktu terjadi
ejakulasi. Sedangkan komponen semen adalah
cairan plasma bersama spermatozoa yang dikandung disebut mania tau
semen. Daftar berikut memperlihatkan banyak maniyang dikeluarkan sekali
ejakulasi ketika coitus, serta jumlah kerapatan spermatozoa yang paling
tinggi dibandingkan dengan mamalia, tetap jumlah mani yang dikeluarkan
lebih sedikit. Kerapatan spermatozoa ikut menentukan kemandulan jantan.
Kalau terlalu rendah (sedikit jumlahnya dalam 1 cc) hewan tersebut
kemungkinan mandul ( Yatim, 1994).
Daftar seemen yang dikeluarkan tiap spesies pada sekali ejakulasi:
Species
|
Volume semen sekali ejakulasi dalam cc
|
Kerapatan sperma tiap ml dalam juta
|
Babi
|
250
|
100
|
Kuda
|
70
|
120
|
Anjing
|
6
|
200
|
Kelinci
|
1
|
700
|
Sapi
|
5
|
1000
|
Domba
|
1
|
3000
|
Ayam
|
0,8
|
3500
|
Kalkun
|
0,3
|
7000
|
a. Spermatozoa
Tunggal (1sel)= spermatozoon
Terdiri dari 2 bagian yaitu:
1) Kepala = 1/8 panjang, pipih → lebar 4 u dan tebal 0,5 u
2) Ekor terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
a) middle piece → 8-10 u; terdiri dari proximal centriole, selubung mitokondria, filamen axial
b) main piece → 40-50 u; terdiri dari anulus, filamen axial
c) end piece → 3 ; terdiri dari filamen axial
Ukuran panjang spermatozoon: sapi, kuda, dan babi = 50 u, Domba = 60 u
Metabolisme
energi : mitokondria → mengubah fruktosa, sorbitol dan GPC menjadi
energi (ATP) → untuk menggerakkan ekor (Toelihere, 1985).
Gambar morfologi spermatozoon:
(Bearden and Fuquay, 1984)
Morfologi abnormal :
- Sperma abnormal : 8-10% dalam setiap ejakulat
- Jika > 25% Ã fertilitas terganggu
- Tipe abnormalitas
primer à abnormal kepala
sekunder à droplet sitoplasma
tertier à abnormal ekor
(Bearden and Fuquay, 1984)
- Stress meningkatkan abnormalitas kepala paling sering droplet sitoplasmik
b. Plasma semen
Plasma
semen adalah bagian semen yang berupa cairan, sebagian besar dihasilkan
oleh kelenjar assesoris, tetapi sebagian kecil berasal dari epididimis
dan vas deferens. Fungsinya sebagai buffer dan sumber nutrisi yang
memelihara fertilitas spermatozoa. Selain itu, plasma semen juga
berfungsi sebagai suatu medium pembawa sperma dari saluran reproduksi
hewan jantan kedalam saluran reproduksi hewan betina (Toelihere, 1985).
Komponennya terdiri dari:
1) garam inorganik : Na, Cl, Ca, Mg, K; untuk viabilitas spermatozoa → integritas membran, mempertahankan tekanan osmosis
2) buffer : bikarbonat → dihasilkan oleh vesikula seminalis
3) Sumber energi :
a) Fruktosa
Dihasilkan oleh vesikula seminalis berguna dalam kondisi anaerobik (saluran reproduksi jantan) dan aerobik (saluran reproduksi betina) kandungannya tinggi pada semen sapi dan domba, sedangkan pada semen kuda dan babi rendah.
b) Sorbitol → dihasilkan oleh vesikula seminalis hanya untuk aerobik
c) GPC → dihasilkan oleh epididimis hanya untuk aerobik memerlukan enzim dari hewan jantan
4) Senyawa organik lain (Toelihere,1985)
a) inositol dan asam sitrat → tinggi
b) ergotionin → tinggi pada babi dan kuda
c) protein
d) enzim
e) prostaglandin
Yang terkandung dalam plasma semen meurut Yatim, 1994 antara lain:
§ Fruktosa
, dihasilkan oleh vesicular seminalis, berada dalam plasma semen. Untuk
sumber energy bagi spermatozoa dalam bergerak. Sifat pernafasanya
adalah anaerobic.
§ Asam
sitrat, spermin, enzim posfatase asam, glukoruidase, lisozim dan
amylase. Semua dihasilkan oleh prostat.spermin member bau khas, seminin
untuk merombak lysis:vsehingga semen mengencer. Dan juga mengencerkan
lender cervix betina.sedangkan enzim-enzim lain berperanan dalam
memelihara atau member nutrisi bagi spermatozoa di luar tubuh jantan.
§ Prostaglandin,
dihasilkan vesikula seminalis dan prostat. Untuk melancarkan
pengangkutan spermatozoa dalam saluran kelamin jantan dan betina,
diantaranya mengurangi gerakan uterus, merangsang kontraksi otot polos
saluran kelmin jantan waktu ejakulasi dan juga untuk vasodilatssi
§ Elektrolit, terutama Na, K, Zn, Mg. dihasilkan prostat dan vasicula seminalis. Untuk mmelihara pH plasma semen.
§ Enzim
pembuahan: Hyaluronidase, neuroaminidase, protease mirip tripsin,
protease seperti kimotripsin. Sebagian besar enzim ini terdapat di
akrosom spermatozoa
§ Inhibitor,
dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar kelamin jantan dan terkandungdalam
plasma semen. Inhibitor itu terutama terhadap hyaluronidase, protease
mirip tripsinn, dan protease miripkimotripsin.
§ Homon: testoteron dihasilkan dari testis, FSH dan LH dari gonadotrorin yang dating ke testis berasal dari hypofisa.
§ Zat
organis lain seperti protein, asam amino, dan lemak. Asam amino yang
utama dan jadi cirri semen adalah tirosin dan asam glutamate, sedangkan
protein yang uatama ialah keratin. Zat organis ini berasal dari testis,
saluran dan kelenjar. Protein, seperti keratin, dihasilkan oleh
vesicular seminalis (Yatim,1994).
Daftar Pustaka
Bearden, H.J. and W.J. Fuquay. 1984. Applied Animal Reproduction. th Ed. Lea and Febiger. Philadelphia
McDonald, F.E.1971.Veterinary Endrocrinology and Reproduction.Philadephia: Lea & Febinger
Partodiharjo, Soebadi. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung
Toelihere, M.R. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi. Bandung: Tarsito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar